Thursday, June 21, 2012

MANUSIA-MANUSIA PERKASA

Beberapa waktu yang lalu entah kenapa si Bwan gi keranjingan Pizza, doi ni mirip banget Ayahnya saat kecil, males makan. Nah, denger doi minta makan walopun itu Pizza, gw n bubun jadi semangat 45 nganter doi nyari makanan kesukaannya itu. Kebetulan pizza kesukaan doi bukan jenis Pizza Hut tapi Pizza bakar langsung n adanya cuma di Grage (gw kemudian curiga ini hanyalah modus operandi doi biar bisa gaul di mall, haisshh..)

Saat Pizza datang, hujan yang awalnya gerimis mulai menjadi deras. Kita sengaja nyari duduk diluar, sehubungan bokapnya Bwan emang perokok aktif *maaf ya nak, hiks..* saat hujan mulai deras2nya tiba2 gw terkesiap liat pemandangan ini dari samping fizza shop yang emang berbatasan dengan pintu masuk mall..

Melihat badan mereka yang mulai kuyup, melihat gigi mereka bergerak gemeretak menahan dingin, melihat senyum pahit mereka saat ditolak, melihat ketawa mereka saat menerima uang ribuan, dengan usia mereka yang masih belasan. Kenyataan pahit hidup di kota ternyata masih banyak terselip disela2 indahnya penghargaan adipura ataupun keberhasilan2 peningkatan taraf hidup masyarakat yang di klaim oleh petinggi2 negara. Mereka para pejuang2 hidup, mereka para manusia-manusia perkasa yang terus mengejar mimpi mereka akan penghidupan yang lebih layak atau sekedar uang lebih dari sekedar makan yang cukup.

Gw tiba2 terlempar kembali ke beberapa puluh tahun silam di sebuah kampung kecil bernama Tanjung Pinang, Kecamatan Merapi, Kabupaten lahat. Nyokap gw juga salah satu dari mereka bahkan sampai sekarang. Disaat Bokap berdagang di kota lain dan hanya pulang seminggu sekali, nyokap bergelut dengan sepetak tanahnya mencoba untuk berkebun. Masih teringat semua disaat itu adalah hal yang indah. Saat itu umur gw sekitar 6 tahunan, dan setiap pagi nyokap ngajak gw ke kebun buat menanam kopi ataupun sekedar "jehawat" dengan "sengkuit" ditanahnya tersebut. Gw akan jalan didepannya sambil melihat kekiri kanan jikalau ada buah hutan yang bisa dibawa pulang buat cemilan, entah itu nangka, durian jatuh, atau sekedar "kara munting" dan bila kaki bocah 6 tahun ini lelah maka nyokap dengan gagahnya memasukkan gw ke "kinjarh" dan menggendongnya.

Betapa gw gembira banget saat gw diberi 25 perak sama bokap dan gw akan dengan segera ke warung dekat rumah untuk membeli roti gabing *satu2nya roti yang bisa kebeli* dan segera pulang kerumah lagi untuk berbagi dengan Alan sepupu gw roti tersebut dan dengan berlumuran roti *roti tersebut lumer dimulut dan biasanya sering lekat digigi dan gusi* kami tertawa2 bercengkrama. Makan nasi cabi garam *benar2 nasi + cabe diulek + garam disiram air sedikit* kami berdua atau bertiga dengan bokap disaat doi pulang akan makan dipinggir tanah sepetak itu sambil bermimpi bahwa this is only the beginning of our long journey. Dan saat kita pindah ke Prabumulih bareng bokap betapa beliau tetep berjuang setiap selasa, jumat dan sabtu berdagang di "kalangan" kampung2 lain hanya untuk menghidupi dan membiayai pendidikan gw dengan resiko kerampokan secara naek bus umum atau kecelakaan dan dua2nya pun dialami beliau, gw inget banget saat temen kecil gw Andy Black nggendong nyokap gw yang berlumuran darah ditangannya saat berusaha mempertahankan tas dagangannya dari jambret, berhasil sih tapi tangan beliau disabet dengan pisau dan untungnya temen kecil gw yang pulang dari begadang melihat dan menolong beliau dengan mengusir penjambret dan membawa nyokap pulang kerumah dalam keadaan setengah sadar karena pisau hampir mengenai urat nadinya.
Dan akhirnya petualangan nyokap dalam berdagang pun harus berakhir setelah bus langganannya kecelakaan dengan rata2 penumpangnya meninggal dunia, sementara nyokap beruntung walopun kudu dirawat hampir 1 bulan lebih di rumah sakit dan daya ingat beliau ga bisa kembali 100% kayak dulu lagi sampe sekarang.

I really love you Mom..

Itu kenapa gw ga suka ama pengemis, bukan karena gw sombong or sok gaya karena da punya rejeki cukup. Tapi kayaknya masih banyak kerjaan yang bisa menghasilkan asal kita mau capek dan sedikit kreatif contohnya ojek payung tadi mereka ga ngemis sob, ada sesuatu usaha yang dilakukan. Gw punya temen pengamen di Prabumulih *kota kecil - catet* penghasilan dia tahun 2005 kemaren per day kalo rame bisa tembus 250 ribu rupiah ga tau sekarang masih ga doi ngamen. Atau saat di hutan klantung, semarang, gw ketemu nenek2 yang dah bongkok masih semangat untuk nyari ranting kayu hutan buat dijual ke kampung2, asal lu tau aja jalanan disana bisa tembus 5 - 10 km. atau saat gw tugas di gunung kemala, gw ngeliat ada ibu2 bertopi gede untuk menghindari panas, motornya jatuh dan kita pun berhenti untuk nolong beliau dan saat liat ternyata itu bukan ibu2 bro, itu gadis2 remaja tanggung yang sedang ngumpulin barang2 rongsok dari bekas2 rig2 pemboran disekitar situ n for you to know daerah itu bukan perkotaan tapi melewati hutan2 karet dan jalan berdebu dan berbatu, mereka tetap semangat untuk mencari segenggam mimpi dari barang2 junk atau lu kudu kenalan dengan seorang laki2 sejati yang rela mempermalukan dirinya sendiri hanya untuk memberikan hidup yang lebih layak buat istrinya *membelikan kalung mas for example, n i see it with my own eyes* dengan menjadi pengamen banci keliling prabumulih dan biasanya sambil diiringi oleh anak2 kecil yang teriak2 dibelakangnya "banci kaleng, banci kaleng.." dan dia tetep tersenyum.
Dan bila lu bilang itu cuma sok tau gw aja karena ga ada bukti riil berupa gambar, lu kudu liat Mang Umar salah satu Sang Perkasa.
Photo di dapet dari temen gw si Juff

dari gw kecil sampe sekarang da ngehasilin 2 orang anak kecil beliau setia mengantarkan air keliling ke rumah2 makan dan semua yang membutuhkan airnya di pasar prabumulih yang airnya diambil dari sebuah sumur masyarakat yang emang jarang banget kering dan langganan beliau juga termasuk hotel2 lho.

So klo masih ada yang ngemis, mereka kudu belajar dari para Sang Perkasa ini..

Klo ada yang ngeluh tentang betapa sulitnya hidup, mereka juga kudu sering2 ngelihat ke mereka dan mengucap syukur bahwa hidup mereka sebenarnya ga seberat hidup para Sang Perkasa ini.

-end-

Note :
Jehawat : membersihkan rumput/alang2.
Sengkuwit : alat pembersih rumput sejenis arit tapi agak sedikit besar.
Kinjarh : Keranjang pembawa barang seperti yang diiklan teh botol biasanya di gendong dibelakang dengan penahannya dipasang dikening kepala.
Kara mungting : buah semak berwarna ungu yang rasanya manis.

No comments: